Sabtu, 20/04/2024 18:30 WIB WIB

Ngeri, Roket Cina Jatuh Tak Terkendali di Samudera Hindia

Ngeri, Roket Cina Jatuh Tak Terkendali di Samudera Hindia Foto : reuters


Puing-puing roket terbesar Cina mendarat tak terkendali di Samudera Hindia sebelah barat Kepulauan Maladewa pada hari Minggu, 9 Mei 2021, dengan sebagian besar komponennya hancur saat masuk kembali ke atmosfer. Peristiwa itu memunculkan kritik dari lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat (NASA).

Administrator NASA Bill Nelson menjelaskan, negara-negara yang memiliki misi antariksa harus meminimalkan risiko terhadap manusia dan properti di Bumi, dari masuknya kembali objek luar angkasa dan memaksimalkan transparansi mengenai operasi tersebut.

"Jelas bahwa Cina gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing luar angkasa mereka,” ujar dia seperti dikutip Gadget NDTV, Senin, 10 Mei 2021.

Roket Long March-5B Y2, membawa modul inti stasiun luar angkasa Cina Tianhe, lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di provinsi Hainan, China 29 April 2021. [China Daily via REUTERS]

Puing-puing dari roket Long March 5B telah membuat beberapa orang melihat ke langit dengan waspada sejak lepas dari pulau Hainan Cina pada 29 April 2021. Tetapi Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak Cina mengatakan sebagian besar puing-puing itu terbakar di atmosfer. 

Media pemerintah Cina melaporkan bagian dari roket itu masuk kembali ke atmosfer pada pukul 10.24 waktu Beijing dan mendarat di lokasi dengan koordinat bujur 72,47 derajat timur dan lintang 2,65 derajat utara. 

Long March adalah penyegaran kedua dari varian 5B sejak penerbangan perdananya pada Mei 2020. Tahun lalu, potongan dari Long March 5B pertama jatuh di Pantai Gading, merusak beberapa bangunan. Tidak ada korban luka yang dilaporkan. 

Menurut Nelson, yang juga mantan senator dan astronot itu, sangat penting bahwa Cina dan semua negara dengan misi antariksa dan entitas komersial bertindak secara bertanggung jawab dan transparan di luar angkasa.

“Ini untuk memastikan keselamatan, stabilitas, keamanan, dan keberlanjutan jangka panjang aktivitas luar angkasa," kata Nelson menambahkan.

Komando Luar Angkasa Amerika mengkonfirmasi masuknya kembali roket di atas Semenanjung Arab, tapi mengatakan tidak diketahui apakah puing-puing itu jatuh di daratan atau air. "Lokasi pasti dampak dan rentang puing tidak diketahui saat ini, tidak akan dirilis," katanya dalam sebuah pernyataan di situsnya. 

Ahli astrofisika yang bermarkas di Harvard, Jonathan McDowell, mengatakan kepada Reuters bahwa sejak potongan besar dari stasiun luar angkasa NASA Skylab jatuh dari orbit pada Juli 1979 dan mendarat di Australia, sebagian besar negara telah berusaha untuk menghindari entri ulang yang tidak terkendali. Salah satunya melalui desain pesawat ruang angkasa mereka. 

"Itu membuat perancang roket Cina terlihat malas karena mereka tidak membahas ini," tutur McDowell. 

Sementara juru bicara kementerian luar negeri Cina Wang Wenbin menjelaskan peristiwa itu bisa saja terjadi di seluruh dunia bahwa roket tingkat atas terbakar saat memasuki kembali atmosfer. Sepengetahuan dia, tahap atas roket ini telah dinonaktifkan, yang berarti sebagian besar bagiannya akan terbakar saat masuk kembali. “Ini membuat kemungkinan kerusakan fasilitas dan aktivitas penerbangan atau darat sangat rendah," kata Wang pada 7 Mei. 

GADGET NDTV | REUTERS | THE GLOBAL TIMES

Topik : roket cina , spacex , luar kendali , roket long march

Artikel Terkait
Terpopuler