Kamis, 25/04/2024 12:02 WIB WIB

Yuk Cobain Kuliner Fresh from The Oven di Pasar Kebon Empring Yogyakarta

Yuk Cobain Kuliner Fresh from The Oven di Pasar Kebon Empring Yogyakarta Foto : tempo


Matahari sudah melipir ke barat ketika satu per satu penjual kuliner di lokasi wisata Pasar Kebon Empring meninggalkan lapak-lapaknya. Mereka tak membawa pulang barang-barang atau peralatan memasak, melainkan ditinggal di warung-warung dari bambu berdesain semi terbuka itu.

“Ada yang bertugas menjaga,” kata salah satu pengelola, Titik Ailuh saat ditemui Tempo, Selasa, 25 Mei 2021.

Tempat wisata berkonsep wisata kuliner itu menyediakan 32 lapak kuliner tradisional berbagai daerah. Total ada 120 menu yang disajikan.

Setiap lapak mempunyai satu kuliner unggulan yang berbeda satu sama lain. Nama-nama kuliner unggulan itu disematkan menjadi nama tiap lapak beserta nama penjualnya.

Misalnya, Jenang Candhil - Yu Wahyu, Siomay – Yu Sri, Es Kuwut – Yu Apri, Sego Wiwit – Yu Sar, Masakan Padang – Yu Ranti, Kopi Bumbung – Luv, Sate Kere – Yu Tari. Tulisan itu dipajang pada papan kayu dengan abjad kapital maupun aksara Jawa.

Menu lainnya juga tersedia seperti rujak kangkung, putu bumbung, wedang bajigur, wedang uwuh, sate jamur, es gosrok, rujak petis, bakso bakar, juga telur gulung. “Ada masakan Padang karena yang jual suaminya orang Padang,” kata Titik.

Pengunjung yang datang tinggal mampir ke warung-warung itu. Selain memesan, pengunjung harus menyampaikan di mana lokasi duduknya agar pesanan mudah diantar.

Soal harga, Titik menjamin ramah kantong. “Uang 100 ribu di luar cukup 2-3 porsi. Kalau di sini bisa untuk banyak orang dengan macam-macam menu,” ujarnya.

Yang unik, makanan dan minuman yang disajikan dalam kondisi fresh from the oven. Proses mengolah makanan dilakukan di sana. Begitu pun proses menyiapkan minuman.

Sekadar membuat teh hangat, penjual harus menjerang air terlebih dahulu. Pengelola melarang mereka menyiapkan air teh dan mencampurnya dengan gula di dalam termos besar sejak dari rumah dan menuangkan apabila ada yang memesan.

“Itu tidak fresh. Hanya bisa bertahan baik beberapa jam,” kata Titik.

Tak heran, setiap warung menyediakan kompor gas. Mereka akan merebus air dan memasak di sana. Termos hanya berisi air putih dingin untuk bahan membuat minuman. “Ya, memang agak lama penyajiannya. Tapi pengunjung puas,” kata Titik.

Para penjual adalah warga sekitar. Mereka adalah ibu-ibu yang semula tak punya pekerjaan.

Di sisi lain, Titik pun kerap melihat para penagih utang alias debt collector wara-wiri di dusunnya. Para ibu ini pun dilibatkan berjualan sekaligus menambah penghasilan keluarga. Sedangkan kontribusi mereka untuk merawat tempat wisata dengan menyisihkan Rp 5.000 dari penghasilannya per hari.

Total ada 14 orang warga yang berfokus mengelola Pasar Kebon Empring. Mereka saling bagi peran.

Setiap sepekan sekali mereka menggelar pertemuan di sana. Sementara malam hari digunakan para pengelola untuk bergotong-royong memperbaiki fasilitas dan sarana-prasarana yang rusak atau membuat yang baru.

“Jadi pukul 5 sore pulang. Nanti pukul 8 malam kembali lagi ke sini,” kata Titik. Perbaikan fasilitas dan sarana prasarana di Pasar Kebon Empring dilakukan malam hari agar tak mengganggu wisatawan yang berkunjung esok harinya.

Topik : pasar kebon empring , yogyakarta , wisatawan , fresh from the oven

Artikel Terkait
Terpopuler