Jum'at, 29/03/2024 00:54 WIB WIB

Che Guevera

Che Guevera Che Guevera


Lider.id, Jakarta 

Che Guevera memang legenda sepanjang waktu. Sebagai aktivis kiri menjadikan Che sebagai api abadi yang menyala. Che adalah perlawanan. Perlawanan adalah Che. Che tidak hanya revolusioner, namun juga seorang dokter. Sejarah mencatat, anak dari Ernesto Guevara Lynch dan Celia de la Serna ini pernah berkuliah di Colegio Nacional Deán Funes Cordoba dan Universitas Buenos Aires. Dalam buku Becoming Che: Guevara’s Second and Final Trip through Latin America (2006, hal. 6), ijazah dokter medis Che dimuat.

Kisah hidup dan besarnya Che tentu berkait dengan situasi zamannya. Che muda tergerak dan bergerak ketika derita manusia ia temui, amati, dan sikapi. Kemiskinan, berbagai pe nyakit, dan kelaparan–derita manusia itu—di seantero Amerika Latin menjadikan Che mempunyai cara pandang dunia yang revolusioner. Ia berkehendak mengubah situasi tersebut.

Che yang dari kecil terkondisi membaca buku politik dan sastra tenar tulisan temala. Di sini, ia membuat tulisan tentang reruntuhan Inca dan Indian Maya. Sesudahnya, Che melanjutkan perjalanan ke Mexico, dan bekerja di sebuah rumah sakit. Mexico menjadi episode penting bagi Che, persis ketika ia mulai mengenal dan mengagumi Fidel Castro dan Raul Castro.

Kekaguman Che terhadap Castro menjadi awal munculnya minatnya bergabung ke pejuang revolusi di Kuba. Di milisi ini, Che ditempa strategi perang gerilya dengan keras namun profesional. Salah satu pelatihnya ialah Alberto Bayo, orang berkebangsaan Spanyol yang dikenal sebagai terlatih dan berdisiplin tinggi.

Keberadaan milisi ini diendus oleh polisi Kuba yang menjadikan Che dan para milisi lainnya dicokok dan dikurung selama satu bulan. Namun pengalaman berlatih yang cermat menjadikan Che dan milisi menyerbu Kuba, di mana ia menjadi komandan tentara revolusioner Barbutos, pada tahun 1956. Tiga tahun setelahnya, Che menikahi Aledia March dan sempat menjadi pimpinan di Bank Nasional Kuba.

Prestasi Che memunculkan kesan positif bagi Castro. Castro meminta Che melakukan perjalanan dinas ke 14 negara di Asia yang menjadi para peserta Konferensi Asia Afrika di Bandung. Selain di Jakarta, Che juga sempat mengunjungi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.  Sekembali dari KAA dan kunjungan ke Asia, ia melaporkan hasil kerja ke Castro. Castro mengangkat Che sebagai Menteri Perindustrian. Che taat asas pada sikap tanpa kompromi terhadap negara capitalis. Sebuah sikap konsisten yang membuat sejumlah negara komunis menekan Castro agar mencopot Che Guevera.

Che meninggal dunia pada 9 Oktober 1967, di usia 39 tahun. Sehari sebelumnya, ia ditangkap oleh tentara Bolivia yang didukung oleh militer AS dan mendapatkan hukuman tembak. Che dimakamkan dengan upacara militer di Provinsi Las Villas, tempat yang sama ketika legenda ini memperoleh kemenangan dalam pertempuran Revolusi Kuba. Di sisi lain, pemerintah AS merespons gerakan politik Che Guevera selama keterlibatan politiknya di Bolivia, antara tahun 1966-1967. Banyak pihak di masanya berharap Guevera tidak sekadar memulai perang gerilya di Bolivia, namun juga memantik perlawanan terhadap kekuatan mapan di semua negara Amerika Selatan.  Pada gilirannya, khalayak harus menentukan sikap apakah padamnya aspirasi warga Kuba harus disesali atau diberi apresiasi.

Kegagalan Guevera tidak hanya menggerus harapan revolusioner warga Kuba saat itu, namun juga mengikis nilai perjuangan pahit warganya di dalam lingkar komunis internasional yang mempunyai mimpi bersama mewujudkan revolusi. Uniknya, meskipun ada adagium ‘sejarah di tulis oleh para pemenang’, namun kisah pemberontakan Che di Bolivia menjadi kekecualian.

Perjuangannya hingga kini dikisahkan dan terus dikisahkan lagi oleh banyak penulis dan ahli sejarah. Hampir semuanya diwarnai dengan nuansa decak kekaguman, bila tidak bisa disebut kultus. Di banyak sisi kehidupan dan peristiwa di mana Che terlibat, ada begitu banyak irisannya dengan nama-nama besar semisal Green Berets, Central Intelligence Agency (CIA), dan Military Advisory Group (MILGP) yang berbasis di AS.

Pengaruh Che Terhadap Politik Amerika Latin Kontemporer Di Amerika Latin kontemporer, Che lebih dari sekadar symbol resistensi kuat terhadap imperi alism AS; nilai dan gagasannya semakin relevan dengan realitas politik saat ini, didukung oleh pergeseran politik Amerika Latin ke arah kiri. Pemikiran dan kehidupan revolusioner Che menemukan resonansinya di kehidupan para pemimpin politik baru, gerakan politik baru, dan para aktivis politik di Amerika Latin.

Mereka menemukan relevansi visi Che tentang masa depan sosialisme dan gagasannya tentang bagaimana mewujudkan keduanya yang secara langsung relevan bagi upaya mengakhiri patologi tragis, kolonialisme baru, dan kesenjangan. Visi dan gagasan Che bertumpu pada Amerika Latin yang Bersatu, bebas, dan sosialis, tumpuan yang menjadi sumber inspirasi untuk mengejar emansipatoris, kesetaraan, dan opsi-opsi berkelanjutan yang memihak pada warga yang acapkali tidak berdaya, tidak setara, dan menjadi struktur yang tidak berkelanjutan di abad kapitalisme global abad ke-21.

Che lebih dari simbol popular pembangkangan tanpa kompromi atas dominasi imperial dan ketidakadilan. Ia berkutat pada visi dan gagasan merealisasikan transformasi revolusioner guna memenuhi ekonomi dasar dan membangun struktur sosial dan politik yang sehat di Amerika Latin dan Karibia. Presiden Evo Morales memberikan penghormatan kepada Che di La Higuera dan Vallegrande, event serupa juga terjadi di dekat Argentina. Che menjadi legenda tersendiri.

Setelah mengikuti pertemuan penting di Córdoba, MERCOSUR (Southearn Common Market) di mana Kuba diundang dan Venezuela diterima sebagai anggota baru, Hugo Chávez dan Fidel Castro melakukan perjalanan bersejarah ke Alta Gracia ke tempat Che menjalani masa anak-anak.

Sejak tahun 2001, sebuah rumah dengan nama Villa Nydia, di mana Che bertumbuh sebagai anak dijadikan museum yang didedikasikan untuk mengenangnya. Pada 22 Juli 2006, hampir empat decade setelah kematian Che, dua kepala negara di Amerika Presiden Evo Morales memberikan penghormatan kepada Che di La Higuera dan Vallegrande, event serupa juga terjadi di dekat Argentina. Che menjadi legenda tersendiri. Setelah mengikuti pertemuan penting di Córdoba, MERCOSUR (Southearn Common Market) di mana Kuba diundang dan Venezuela diterima sebagai anggota baru, Hugo Chávez dan Fidel Castro melakukan perjalanan bersejarah ke Alta Gracia ke tempat Che menjalani masa anak-anak.

Sejak tahun 2001, sebuah rumah dengan nama Villa Nydia, di mana Che bertumbuh sebagai anak di jadikan museum yang didedikasikan untuk mengenangnya. Pada 22 Juli 2006, hampir empat decade setelah kematian Che, dua kepala negara di Amerika Latin tersebut berziarah di museum tersebut.

Ketika mereka tiba di museum, ratusan warga berkerumun sembari berteriak, “Fidel, Fidel, Hugo, Hugo” dan ‘Se siente! Se siente! Guevara está presente!”—“Orang bisa merasakan! Orang bisa merasakan! Guevara hadir!” Ketika mereka meninggalkan museum, mereka berpose foto dengan teman masa kecil Che di depan patung Ernesto muda. Kepada para reporter yang menunggu di luar, Chávez menyatakan dengan nada emosional, “Saya ke sini untuk memberi makan jiwa saya. Saya keluar dari museum dengan baterai jiwa yang penuh dengan semangat perjuangan revolusioner dan peperangan untuk 80 tahun ke depan. Setelah berucap, Castro berkata sambil berlinang air mata kepada para reporter danwarga yang berkerumun bahwa ia tidak mampu berlama-lama berada di museum. Tak seorang pun mampu membayang kan peristiwa itu 40 tahun lalu, bahkan 10 tahun lalu. Ini merupakan peristiwa historis: seandainya Che dengan seragam militer, pemimpin revolusioner terkenal di abad ke-21 Fidel Castro, dan Hugo Chávez, salah satu pemimpin revolusioner baru abad ke-21, berdiri berdampingan di depan rumah lama Che. Di tempat itu, di Alta Gracia (high grace), dikelilingi oleh ribuan pendukungnya, yang sejak lama menjadi simpatisan Guevera dan Castro. Ketika mobil yang membawa Fidel Castro dan Hugo Chávez bergerak menjauh dari museum, di dinding di sebuah ruas jalan, seseorang membuat tulisan berwarna merah “CheVive!” – “Che Lives!”.

Presiden Ekuador mengomentari kunjungan Castro dan Chávez. “Saya teringat tulisan pengantar sebuah buku oleh istri Che, Aleida March,” lanjutnya, “Manusia tidak pernah mati ketika kehidupan dan teladannya menjadi panduan bagi banyak orang dan ketika keduanya memberi inspirasi orang lain untuk menirunya.” •

Topik : Che Guevera

Artikel Terkait
Terpopuler