Jum'at, 29/03/2024 17:27 WIB WIB

EVOLUSI KOPASSUS

EVOLUSI KOPASSUS EVOLUSI KOPASSUS


Lider: Jakarta -  Sepanjang usia kemerdekaan, anak bangsa ini kerap mengukir sejarah dengan tinta emas. Puja puji dari  bangsa asing mengalir. Bukan basa basi, tapi pujian benaran. Untuk menyebut satu dari sekian prestasi anak bangsa, Kopassus (Komando Pasukan husus), kerap membuat bangsa-bangsa berdecak kagum. Hal itu terkait prestasi Namun, semua prestasi yang diukir tidak dating mendadak. Kopassus melewati jalan panjang dalam meniti tangga sukses.

Tantangan dan rintangan dilewatinya. Kopassus berevolusi. Ia dibentuk bermula dari sebuah pengalaman. Yakni pengalaman penumpasan terhadap pemberontak,  moncer di mata dunia, yang membuatnya dipandang dua mata.  Disebutkan bahwa gagasan pembentukan pasukan khusus muncul pasca keberhasilan penumpasan sebuah gerakan separatis di Maluku. Tapi bukan keberhasilan  menumpas yang melahirkan Kopassus, melainkan pengalaman kuantitas korban jiwa prajurit yang dinilai tidak wajar.

Bagaimana ceritanya? Tepatnya pada Juli tahun 1950, sekelompok masyarakat mendeklarasikan sebuah negara sendiri bernama Republik Maluku Selatan (RMS). Negara di dalam wilayah NKRI. Artinya, kelompok ini pemberontak. Untuk mencegah pengaruhnya semakin luas, maka pimpinan perang kala itu mengirim pasukan. Panglima Tentara Teritorium III Kolonel A.E Kawilarang dan Letkol Slamet Riyadi yang ditunjuk sebagai komandan operasinya, turun langsung memadamkan pemberontakan RMS.

Operasi militer ini berhasil menumpas pemberontakan. Pengalaman Guru Terbaik Dari hasil evaluasi dan kajian terhadap penumpasan RMS, ada satu hal penting ditemukan. Bahwa pergerakan pasukan pimpinan Letkol Slamet Riyadi kurang efektif. Buktinya, banyak korban jiwa dari pihak TNI kala itu. Di beberapa titik peperangan, pasukan pemberontak yang jumlah sedikit, berhasil menahan serbuan TNI. Usut punya usut, salah satu kelemahan TNI kala itu, yakni kurangnya militansi dan mininmya pengalaman tempur. Hal yang sama justru ada pada pemberontak yang jumlahnya sedikit. Dari pengalaman ini lahirlah gagasan untuk membentuk pasukan khusus yang harus dibekali dengan berbagai skil dan pengetahuan mumpuni.

Berguru pada pengalaman ini, Letkol Slamet Riyadi mulai mewujudkan gagasan itu. Embrionya berupa sebuah Satuan Pemukul yang bisa digerakkan atau diperintahkan secara tepat. Bukan hanya tepat saja, tetapi juga cepat dan harus siap menghadapi berbagai sasaran. Sayangnya, baru saja mulai melangkah, sang pencetus Satuan Pemukul, Letkol Slamet  Riyadi keburu gugur. Letkol Slamet Riyadi gugur sebagai kusuma bangsa saat memimpin pertempuran di Kota Ambon. Meskipun pencetus dari Satuan Pemukul sudah gugur, tetapi gagasannya tetap hidup. Kolonel A.E Kawilarang siap melanjutkannya. Waktunya pun tiba, setelah beberapa tahun berselang, Kolonel A.E

Kawilarang mewujudkan Satuan Pemukul dengan membentuk Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi atau Kesko TTyang dikomandoi oleh Mayor Mochamad Idjon Djanbi. Nama ini dikukuhkan melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III No. 55/Instr/PDS/52.

Instruksi yang dibuat pada tanggal 16 April 1952 itu dikenang sebagai hari lahirnya Kopassus saat ini. Evolusi Baret Merah Dalam perjalanan waktu, pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) yang kala itu dijabat oleh Mayor Jenderal Bambang Sugeng (1952-1955).

Selanjutnya, pada tanggal 18 Maret 1953 Mabes Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) mengambil alih dari Komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).

Pada 25 Juli 1955, KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang tetap dipimpin oleh  Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan anggota Korps Speciale Troepen KNIL.

Tahun 1959 unsur-unsur pula RPKAD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Saat itu organisasi militer itu telah dipimpin oleh Mayor Kaharuddin Nasution. Saat RPKAD dijabat Letnan Kolonel Sarwo Edhie 1964, -yang memiliki kedekatan dengan Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani- sebelumnya sudah mulai disempurnakan personel batalyon.

Saat menumpas DI/TII di Jawa Tengah, misalnya, Ahmad Yani sudah membentuk operasi “Gerakan Banteng Negara” (GBN) yang sering disebut Batalyon Banteng Raiders. Ahmad Yani menyanggupi dan memberikan Batalyon 441 “Banteng Raider III”, Jatingaleh, Semarang dan Batalyon Lintas Udara 436 “Banteng Raider I”, Magelang. Melalui rekrutmen dan seleksi latihan Raider di Bruno Purworejo dan latihan Komando di Batujajar, maka Batalyon 441 “Banteng Raider III” ditahbiskan sebagai Batalyon 3 Puspassus AD (TriBudhi Maha Sakti) di akhir tahun 1963. Pada masa

Kolonel Sarwo Edhie, pada pertengahan 1965, kembali dibentuk Batalyon Lintas Udara 436 “Banteng Raider I”, Magelang menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang kekurangan tenaga.

Pada tanggal 12 Desember 1966, masih dalam masa pimpinan Kolonel Sarwo Edhie, RPKAD berubah menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD).

Dalam perkembangan selanjutnya, pada 7 Februari 1971, Puspassus AD kemudian diberi nama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Dalam operasi di Timor Timur (Timtim) pasukan ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim (Timor Leste saat ini) dengan Indonesia. Pada tanggal 7 Desember 1975, pasukan ini merupakan skuad utama dan pertama ke Dili. Pasukan ini ditugaskan untuk mengamankan lapangan udara. Sementara Angkatan Laut dan Angkatan Udara mengamankan kota. Semenjak itu peran pasukan ini terus berlanjut dan membentuk sebagian dari kekuatan udara yang bergerak (mobile) untuk memburu tokoh Fretilin,  Nicolau dos Reis Lobato.

Sejak tanggal 26 Desember 1986, nama Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga saat ini Mengemban Tugas Khusus Sebagai pasukan elit di jajaran TNI AD, Kopassus memiliki tugas khusus. Tugas khusus itu ada dua, yaitu Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). OMP antara lain melakukan operasi iIntelijen khusus, melakukan combat SAR, melakukan serangan langsung terhadap markas musuh (direct action),  menghancurkan semua persenjataan dan logistik milik musuh.

Sedangkan OMSP meliputi aktivitas anti teror, operasi Anti Insurjensi, Separatisme, dan Pemberontakan(AIRSO). Selain itu, juga tugas membantu pihak kepolisian dalam menjalankan keamanan, membantu tim SAR dalam mengevakuasi bencana alam atau musibah, melakukan pengamanan terhadap VVIP.

Sedangkan OMSP meliputi aktivitas anti teror, operasi Anti Insurjensi, Separatisme, dan Pemberontakan (AIRSO). Selain itu, juga tugas membantu pihak kepolisian dalam menjalankan keamanan,  membantu tim SAR dalam mengevakuasi bencana alam atau musibah, melakukan pengamanan terhadap VVIP.

 

Struktur Organisasi Seiring dengan perubahan nama, sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi. Karena sifatnya yang khusus, Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, beda dengan satuan infanteri. Kopassus tidak mengikuti ukuran umum satuan infanteri. Hal ini tampak pada satuan mereka yang disebut Grup. Ada lima grup dalam Kopassus, dari sebelumnya ada tiga grup. Yang sebelumnya ada Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, kemudian diintegrasikan ke grup-grup.

Yang berlaku saat ini: Makopassus di Cijantung, Grup 1 Kopassus di Serang, Grup 2 Kopassus di Kartasura, Grup 3 Kopassus di Cijantung, Sat81 Kopassus di Cijantung dan Pusdiklatpassus Kopassus di Batujajar.

Karena Kopassus merupakan pasukan khusus, maka dalam melaksanakan operasi tempur, personel yang terlibat relatif sedikit, tidak sebanyak banyak personel infanteri biasa. Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan satubatalyon sekaligus.

Jadi, secara struktural, ada Kopassus yang dipimpin Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus yang berpangkat Mayjen. Lalu ada lima Grup di bawahnya yang dipimpin Komandan berpangkat Kolonel. Di bawah grup ada batalyon yang dipimpin seorang Komandan Batalyon berpangkat Letnan Kolonel. Kemudian di bawah batalyon ada detasemen, tim, unit atau satuan tugas khusus dipimpin Komandan pangkatnya disesuaikan dengan beban tugasnya (mulai Letnan sampai Mayor). Ditempa Bagai Baja Untuk menjadi pasukan elit yang tangguh, prajurit Kopassus ditempa bagai baja, baik fisik maupun pengetahuan. Karena itu sebelum mereka menyandang baret merah, mereka mengikuti Pendidikan

Komando yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus) di Batujajar, Bandung, Jawa-Barat. Di tempat ini seluruh siswa komando harus mengikuti 60 materi pelajaran yang sangat menantang dan berat. Di antaranya teknik tempur, membaca peta, Pionir, patroli, survival, mendaki gunung serta pendaratan dengan kapal motor dan amphibi. Kemudian bagi mereka yang sudah lulus pendidikan komando bisa mengikuti pendidikan spesialisasi khusus seperti latihan pertempuran jarak dekat, perang kota, teknik gerilya, selam militer dan juga antiteror. Pendidikan dan pelatihan Komando berlangsung selama kurang lebih tujuh bulan (28 minggu) yang dibagi menjadi tiga tahap.

Tahap pertama adalah pelatihan dasar yang dilakukan selama 18 Minggu. Materi yang didapat terkait kemampuan individu, pembentukap sikap dan kepribadian, mengisi keterampilan teknis, taktik operasi komando, kemampuan pertempuran perkotaan, pengetahuan pendukung, manajerial lapangan, dan tes kemampuan individu.

Tahap kedua ditempa di hutan dan gunung selama 6 Minggu. Penekanan materi terkait anti-pemberontakan, perang hutan, praktek raid, menembak, navigasi darat, survival, penjejakan dan anti penjejakan di Situ Lembang. Selain itu juga pengembangan kemampuan pengamatan hutan, kemampuan individu di dalam hutan/eknik dasar pertempuran, kemampuan hutan dalam hubungan kelompok, How To Find The Figther (HTF) hutan, dan ketahanan patroli pengintaian jarak jauh (LRRP). Tahap kedua ini diawali dengan pendakian serbu (panjat tebing) di kawasan tebing Citatah yang memiliki ketinggian 48 meter. Lalu dilanjutkan perang hutan/gerilya baik pemantapan individu maupun kerjasama tim di daerah Situ, Lembang.

Setelah itu dilanjutkan ke latihan survival di hutan. Di tahap ini para siswa komando tidak dibekali logistik dan senjata apapun selama lima hari. Mereka harus bertahan hidup melewati segala rintangan dan mara bahaya di hutan. Para siswa komando juga dilatih kemampuan pengamatan hutan, menganalisa setiap pergerakan sebagai data yang dapat dianalisis. Ini berguna untuk melatih kepekaan dan insting seorang siswa komando di hutan. Bukan hanya skil individu, mereka juga dilatih kerja sama tim antar prajurit. Tahap survival diakhiri dengan long march dengan rintangan dari Lembang ke Cilacap yang berjarak sekitar 500 km.

Para siswa dilengkapi dengan ransel yang berbobot sekitar 25 kg ditambah beban yang harus dibawa oleh Tim berupa kotak amunisi berat, tali tim, mortir sedang dan tandu. Mereka dikondisikan dalam skenario perang menuju ruang emas atau daerah target operasi yang harus direbut dalam waktu 10 hari.

Tahap ketiga, rawa dan laut selama 4 Minggu dengan taktik operasi Komando yang berat, taktik  pertempuran laut di Cilacap dan Nusakambangan. Pengamatan konservasi rawa laut, kemampuan patroli, pengetahuan medan rawa dan uji ketahanan terhadap interogasi. Bagian yang paling berat justru berada diujung tahapan pendidikan. Para siswa dihadapkan dengan target pelolosan, mereka diskenariokan untuk menyusup ke wilayah musuh menuju save house tanpa berbekal apapun hanya celana pendek dan telanjang kaki. Melewati hutan lebat kawasan Nusakambangan yang masih perawan, mereka diwajibkan tiba di suatu titik sebelum waktu yang ditentukan. Bagi yang tertangkap, mereka diperlakukan seperti tawanan perang sungguhan, hingga konon banyak yang mengalami halusinasi.

Setelah melewati masa itu,masih ada satu lagi rintangan, Para siswa diskenariokan menyerbu Pantai Permisan yang dikuasai musuh dengan perlindungan tembakan bantuan secara brutal. Ending nya, setelah serangan terakhir ini, pelatih sudah menyiapkan upacara pembaretan sebagai kejutan bagi para siswa. Betapa ini menjadi cerita hidup yang sangat berkesan pastinya.

Para siswa komando yang berhasil menyelesaikan Pendidikan Komando selama 7 Bulan dengan baik akan dilantik saat upacara penutupan di Pantai Permisan dengan memakai kualifikasi brevet komando dan baret komando yang telah disandang. Baret itu dilengkapi lambang Tribuana Candraca Satya Dharma yang berarti prajurit yang telah menguasai taktik dan teknik ilmu perang khusus, mahir dan andal bergerak secara cepat di berbagai medan. Brevet Kopassus melambangkan bahwa prajurit prajurit telah digodok dalam kancah pendidikan atau latihan yang membara laksana api, sehingga memiliki keberanian, kecepatan, dan keterampilan sebagai prajurit komando yang mencakup kemampuan di bidang operasi darat, laut, dan udara.•[Tim Lider]

Topik : EVOLUSI KOPASSUS

Artikel Terkait
Terpopuler