Jum'at, 29/03/2024 02:16 WIB WIB

DIPLOMASI KITA MEDIOKER!!

DIPLOMASI KITA MEDIOKER!! Connie Rahakundini Bakrie, Pengamat Militer dan Pertahanan/Lider


Lider : Jakarta - Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie berpendapat dengan terlalu dini mengecam Rusia, Indonesia kehilangan karakter non-bloknya dan cendrung membela Amerika yang justru pada saat yang sama tengah berusaha keras mencengkram Asia Pacific melalui AUKUS—sebuah pakta pertahanan di Indo Pacific yang diprakarsai Amerika dan NATO. AUKUS adalah sebuah pakta keamanan trilateral antara Australia, Britania Raya, dan Amerika Serikat yang didirikan pada 15 September 2021untuk mengantisipasi agresifitas China di Laut China Selatan. Itu untuk tidak menyebut pakta pertahanan serupa yang beraliansi kepada NATO seperti QUAD (Quadrilateral Security Dialogue (QUAD),aliansi militer Amerika Serikat, Jepang, India dan Australia yang didirikan pada tahun 2017, di samping FPDA (Five Power Defense Agreement ) antara Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura—semuanya anggota persemakmuran.
Semua perkembangan ini, menurut Connie, harus menjadi perhatian utama agar Indonesia dapat melaksanakan politik luar negrinya secara berkarakter, dan bukan biasa-biasa saja atau terjebak pada rutinitas seperti mengurusi Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri atau bahkan melakukan pekerjaaan yang overlapping dengan tugas kementerian lain. Dalam berbagai kesempatan Connie terus meneriakan narasi sebuah Tata Dunia Baru, postulat yang bermula dari pemikiran besar sang proklamator Soekarno di awal tahun…..Faktanya, setelah Blok Timur tumbang
seiring dengan bubarnya Uni Soviet, muncul hegemoni Amerika dan NATO yang menyebabkan ketidakstabilan global. Dalam pandangannya, keamanan dan ketertiban global hanya akan tercipta jika ada kesetaraan dan kesejajaran dalam melihat sebuah persoalan. Dan adalah malapetaka ketika sebuah negara merasa lebih hebat dari negara lain dan merasa berhak menentukan standar demokrasi di negara lain.

Mengacu pada peristiwa terbaru, pengamat militer dan pertahanan ini mengatakan perang Rusia versus Ukraina terjadi karena kekecewaan Rusia terhadap Amerika dan NATO yang terus berekspansi ke Eropa Timur sejak tahun 2008. Dan kini Ukraina membayarnya dengan harga teramat mahal. Kepada Freddy Ndolu, Albert Rebong dan Agustinus James dari majalah Lider yang mewawancarainya baru-baru ini ibu satu anak ini menekankan sikap non-blok harus tetap menjadi DNA politik luar negeri kita yang harus di’exercise’ secara dinamis melalui narasi-narasi besar dan inisiatif-inisiatif yang memiliki resonansi secara global. Berikut wawancara selengkapnya. Dalam berbagai kesempatan Anda mengatakan perang Rusia-Ukraina yang sedang terjadi sekarang justru membuka kembali postulat Soekarno tentang, to build the world anew, sebuah tata dunia baru. Bagaima na menjelaskannya secara fair masalah ini sementara dunia terbela antara mengecam dan mendukung tindakan Rusia?
Dalam pandangan saya apa yang dilakukan Rusia pada dasarnya adalah usaha untuk menciptakan keseimbangan dan pada saat yang sama Rusia ingin menjadi elemen penyeimbang itu sendiri. In essence it has been a balance struggle and how to be the balancer forces element. Dalam pandangan Putin, Amerika dengan sekutunya NATO telah membuat ketidakseimbangan global karena sangat jelas bahwa hanya mereka yang ingin berkuasa. Rusia merasaia dikepung oleh Amerika dan sekutunya dari segala sudut dan ia hanya tidak ingin melihat Ukraina menjadi bagian dari NATO.
Sejak tahun 2008 Rusia sudah menegaskan kepada Amerika Serikat dan sekutunya NATO perihal Ukraina yang sudah menjadi target mereka. Latvia dan Georgia saat itu sudah masuk ke dalam NATO tetapi Rusia tidak terlalu mempersoalkan hal itu karena kedua negara tersebut berjauhan dari Rusia meski merupakan pecahan dari Uni Soviet. Lain halnya dengan Ukraina yang ada di halaman belakangnya. Tetapi itu tidak digubris, dan di mata Rusia, Amerika dan sekutunya mau menang sendiri. Rusia bilang nggak bisa. Sikap seperti ini pernah diambil oleh Soekarno karena merasa tidak puasnya atas berdirinya Malaysia. Ketidakpuasan dari Soekarno terhadap PBB dalam mengakhiri konflik mendorong Indonesia keluar dari PBB.

Pada 1 Desember 1964, wakil Indonesia di PBB menyampaikan pernyataan keras kepada Sekretaris Jenderal PBB U Thant. Akan tetapi, ancaman tersebut tidak berhasil. Pada 7 Januari 1965, Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan Soekarno memutuskan keluar dari PBB dan menciptakan gerakan non blok karena ia melihat adanya ketidakseimbangan didalam tubuh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Indonesia dibawah Soekarno menjadi fenomena dunia ketika Soekarno menggelar KoneferensAsia-Afrika yang mengeluarkan Dasa Sila Bandung. Itu keren banget. Terlihat bahwa konflik Rusia-Ukraina seolah membuka Kotak Pandora? Well…sekarang kita lihat. Memang, Barat merontohkan komunisme dan memenangi perang dingin. Politik komunis Uni Soviet dansistem ekonomi sosialism ya runtuh dan Rusia berubah menjadi Negara dengan sistem demokrasi liberal dan ekonomi kapitalis. China, di lain pihak, tetap menjadi sebuah Negara komunis tetapi sistem ekonominya kapitalis. Nah, sekarang Barat menghadapi dua musuh bebuyutan baru yang, nota bene, mempunyai pengaruh global yangdasyat yakni China sebagai raksasa manufaktur dan Rusia sebagai taipan energi. Itu sebabnya Amerika tidak dapat dan tidak akan pernah bisa menjadi satu-satunya penguasa di dunia ini setelah perang dingin berakhir. Dalam perspektif ini kita dapat melihat bahwa konflik Rusia-Ukraina pada dasarnya adalah sebuah permainan baru Amerika melalui NATO untuk mengelilingi Rusia dan menggunakan Ukraina sebagai pagarnya. Sekarang Ukraina harus membayar sangat mahal sebagai pion Amerika ke Rusia. Anda ingin mengatakan bahwa operasi militer Rusia ini sesuatu yang wajar?

Special Military Operation Rusia ke Ukraina adalah sebuah reaksi alamiah bela diri sebuah negara yang hendak dibunuh perlahan menggunakan tetangganya. Setelah bertahun tahun mengingatkan Ukraina, akhirnya Rusia mengambil tindakan bertahap. Dimulai dari pengamanan Krimea hingga kemudian dilaku kan operasi militer khusus ini. Coba kita analisa memakai formula DIME, Diplomacy, Information Military and Economy. Untuk Rusia, semua perangkat lain sudah tidak berfungsi kecuali military. Dan perang ini, menurut saya, lebih bertujuan sebagai warning kepada presiden Ukraina untuk segera duduk bersama Rusia menyelesaikan masalah. Yang terjadi, tekanan kepada Rusia semakin banyak. Tujuan Rusia sudah jelas, demiliterisasi Ukraina.Se­sungguhnya, kalau mau jujur, justru Rusia dan Amerika yang harus didamaikan.

Rusia merasa dikepung oleh Amerika dan NATO dimana sejumlah resolusi yang diajukan Rusia tidak di
tanggapi secara serius oleh Amerika dan UniEropa. Dari sisi kemiliteran, seperti juga yang diambil Israel yaitu Buffer Zone untuk menjamin keamanan negaranya. Itu juga langkah yang diambil Rusia. Selain kepentingan Amerika dan sekutunya, bagaimana Anda melihat munculnya India dan China dalam konflik Rusia-Ukraina? Latar belakangnya dapat dilihat sebagai berikut: Sino Indo conflict berakar pada Tibet yang secara sosio kultural berakar bagi India dan secara strategis militer merupakan halaman belakang China. Terjadilah perang perbatasan dalam posisi ketinggian pegunungan. Namun sejak perang perbatasan usai, mereka menjaga batas masing-masing. Meskipun ada keributan disana sini, namun selalu dijaga sebagai low intensity conflict. Contohnya jika ada keributan antar prajurit maka mereka hanya membawa senjata non api tumpul. Sehingga tidak meluas dan meningkatkan eskalasi ke perang konvensional yang ujungnya tidak menguntungkan bagi keduanya. Yang menarik adalah keduanya memanfaatkan Rusia dan Amerika dalam membangun ekonomi dan teknologi pertahanan mereka.

Perang Rusia vs Ukraina diprediksi berlangsung lama bahkan bereskalasi. Bagaimana analisis Anda terhadap implikasi perang ini, ketika Amerika dan sekutunya sudah menyiapkan strategi terburuk? Ada dua alternat if tempus. Bisa berlarut dan berlangsung tahunan dan bisa juga sebe lum tahun ini selesai. Bisa berlarut, jika resilience Rusia mencapai puncak nya dan bantuan Barat membanjiri Ukraine. Namun bisa cepat jika Rusia cepat bisa menguasai Donbas, kemudian mengarahkan konsentrasi merebut Odessa pertahanan terbesar Ukraine. Ukraina akan kehilangan wilayah pantai/pelabuhan laut. Implikasinya adalah logistic Ukraina akan bergantung pada kereta api dan itu akan sangat mahal sekali. Kemudian Ukraina kehilangan akses eksporhasil bumi andalannya. Jika ini yang terjadi maka Ukraina diprediksi akan segera menyerah dan kehilangan bargaining position nya kepada Rusia. Alternatif perang berlarut akan membuat keguncangan ekonomi dimulai dari terganggunya suplai global makanan yang akan merembet ke banyak sektor global. Karena dengan mudah Rusia mencegat kapal dari Ukraina di

Laut Hitam. Alternatif perang cepat, juga bisa menimbulkan masalah, namun Rusia bisa saja membuka akses Odessa maupun Mariupol dengan kompensasi tertentu. Alternatif kedua sangat tidak diinginkan Barat, sehingga mereka mencoba melakukan perang berlarut, menghabiskan cadangan perang Rusia seperti di Afganistan. Diharapkan Rusia yang menarik pasukannya karena terjadi masalah logistik dan

ekonomi domestiknya. Implikasi global dari perang ini akan seperti apa? Saya percaya bahwa ini merupakan perang yang akan merubah tatanan dunia. Kita harus melihat masalah ini lebih jujur. Soekarno sudah mengingatkan PBB bahwa ketika PBB tidak bersikap adil terhadap suatu Negara, ia tidak hanya membunuh Negara itu, teta pi ia membunuh mimpi dari manusia- manusia di Negara bersangkutan.

 

Saya melihat justru Putinlah yang menurut saya sudah selesai dengan dirinya, sedang berusaha balancing the world. Ekspansi NATO, pergerakan angkatan perang Perancis di Laut China Selatan atas nama lingkungan, terbentuknya AUKUS dikawasan Asia Pacific dan lainnya membutuhkan balancing power sehingga tidak ada penguasa tunggal di dunia ini kecuali Tuhan. Saya kebetulan ikut dalam suatu pertemuan QUAD, Quadri lateral Security Dialogue, yang anggotanya India, Amerika, Jepang, dan saya pertanyakan mengapa Indonesia tidak diikutsertakan? Jawabannya your navy is not compatible with ours. Ini tamparan buat kita. Yang berikutnya masalah ekonomi. Pertanyaan saya, what’s wrong with the rise of China? Kalau kita berbicara mengenai keseimbangan kawasan, mungkin saja kita berbicara mengenai kemungkinan yuan bergabung dengan rubel atau mengikuti euro, dua mata uang ini menjadi satu dan kita tahu kita akan ikut kemana. Saya pernah bertemu dengan Madeline Albright dan dia mengatakan dunia ini hanya terbagi atas coalition of the willing yang sama interests-nya, teknologinya saling menunjang, kebijakan militernya bersinergi dan yang tidak masuk dalam koalisi itu. Betapa tidak fairnya menurut saya. Bagaimana Anda melihat sikap Indonesia sejauh ini? Sikap Indonesia sudah salah dari awal de ngan ikut mengutuk Rusia. Ini tidak saja berarti Indonesia kehilangan karakter Non Blok dan inisiatif yang agresif untuk memberikan solusi pada kedua negara yang bertikai, namun juga terbawa arus politik luar negeri Amerika yang justru sedang mencengkram lebih kuat di Asia Pasifik melalui AUKUS. Kita sekarang sudah kehilangan karakter yang sudah menjadi DNA politik luar negeri kita. Saya melihat kita tidak asal main jalan-jalan saja ke kedua negara Ukraina maupun Rusia. Namun juga harus memahami dulu duduk permasalahannya. Dimana ini pada hakikatnya adalah persepsi keamanan AS dan Eropa yang menganggap Rusia sebagai ancaman. Dan Rusia juga melaku kan respon ketika keamanan nasionalnya terganggu. Sehingga lebih  tepatnya yang harus didamaikan adalah AS dan Rusia terlebih dulu. Anda mensinyalir banyak mucul Soekarno wannabes menyikapi kasus Rusia-Ukraina ini. Apa maksudnya? Soekarno wannabe bagi saya adalah mereka yang ingin memanfaatkan konflik ini sebagai panggung Indonesia untuk terkenal. Namun tidak memahami bagaimana situasi, kondisi serta

prinsip-prinsip yang ditanam kan Bung Karno dalam menyikapinya. Mereka yang kesana kemari memakai baju dan bergaya ala Soekarno tetapi tidak paham akan pemikiran-pemikiran besar Soekarno tentang menciptakan perdamaian dunia, politik nonblok, bebas aktif dan keseimbangan global.

Isu Rusia-Ukraina menjadi tambah seksi karena posisi Indonesia sebagai Presidency G-20 yang melibatkan pihak-pihak yang sedang bertikai. Apa stand point anda?

Bagi saya Indonesia tidak bisa ditekan oleh Amerika dalam posisinya sebagai presidensi G-20. Dan sebagai negara non-blok, Indonesia harus tetap mengundang Russsia dan Ukraina untuk hadir dalam konferensi G-20 di Bali. Amerika juga harus memberikan respectnya kepada Indonesia dengan hadir dalam konferensi G-20. Persoalan apakah dia akan ikut dalam rapat-rapat itu soal lain. Yang penting dia hadir dulu sebagai bentuk penghargaan terhadap kepemimpinan Indonesia. Indonesia, di lain pihak, harus menunjukkan sikap yang tegas dan jangan mau diatur-atur. Presidensi G-20 bukan event organizer yang bisa diatur atur. Apalagi menurut saya ini adalah forum ekonomi dan bukan forum politik, meski ada juga unsur politik tetapi ekonomi politik. Sesuai semangat recover together, recover stronger, ini juga adalah momentum untuk menciptakan keseimbangan global agar tidak ada dominasi satu negara terhadap negara lainnya. Justru menurut saya ini adalah momentum untuk balancing the world, poin utama saya sejauh ini. Apa yang harus dicermati beberapa tahun kedepan untuk merumuskan strategi diplomasi kita? Kita hidup dalam dunia yang semakin dinamis dan selalu berubah. Kita harus membangun model diplomasi yang terkait dengan berbagai sektor bernegara dan bermasyarakat sebagai structure of policy engine. Dinamika dan perubahan terjadi dan dengan pemodelan dasar ini, dapat diperoleh simulasi kebijakan luar negeri yang terintegrasi. Simulasi yang terbaik hasilnya, menjadi kebijakan yang resmi. Sama seperti punya wahana mobil yang jelas dan robust, kemudian latihan simulasi kondisi paling realistisnya. Setelah beberapa kali mencoba, maka akan didapat skenario yang paling menguntungkan. Itulah yang dibakukan menjadi strategi dalam menghadapi medan serupa. Bagaimana menjelaskan pososi Indonesia sebagai pencetus non blok, ketika Finlandia dan Swedia, yang juga non blok kini bergabung dengan NATO? Dalam organisasi ASEAN sendiri komitmen demokrasi dan non interference kini juga dipertanyakan ketika junta militer Myanmar mengambil alih pemerintahan sipil. Adakah yang perlu di perbaiki dalam deklarasi Asean dan Nonblok ? Pendiri Non Blok seperti India dan China, misalnya, bisa saja memihak jika diperlukan untuk menjadi bandul penyeimbang. Make nomistake, kita pun pernah mendukung Barat semasa Pak Harto. Namun lebih sebagai pengikut bukan penentu. Kedepan Indonesia memerlukan politik luar negeri dengan visi lebih luas dan gerakan lebih besar. Perubahan dunia dimulai dari pemikiran. Banyak negara kapitalis lahir dari pemikiran Adam Smith dari Skotlandia. Namun banyak negara ekonomi sosialis lahir dari pemikiran Marx dari Jerman. Kita punya Pancasila yang diperkenalkan Bung Karno dari Blitar. Next kita harus turun kan Pancasila menjadi sebuah model keseimbangan global yang clear and distinct secara politik, ekonomi dan budaya, yang merupakan sintesis dari semua pemikiran sebelumnya.

Mewarisi legasi Soekarno, Indonesia seharusnya bukan follower. Inspirasi apa yang bisa ditawarkan Indonesia untuk kawasan Asia-Afrika atau dunia jika kita berbicara to build the world anew pada saat sekarang? Banyak main keluar dan berhenti menganggap diplomasi hanya bertujuan meningkatkan ekspor dan memasukkan investasi.

Kita perlu memiliki jaringan lobby di Washington,  Moskow, Beijing, Tokyo, London, Paris dan Berlin. Untuk me-leverage diplomasi kita, yang kita butuh kan bukan diplomat birokrat, namun para specialist Lobby untuk meng-update semua informasi, pengetahuan dan memberikan pengaruh pada kebijakan mereka sesuai dengan prinsip dan kepentingan kita. Dari multi dialogis ini, diharapkan muncul kesepakatan-kesepakatan global untuk meneguhkan prinsip keadilan global dan mewujudkan situasi keamanan bagi setidaknya sebagian besar negara.■

Topik : Diplomasi Indonenesia

Artikel Terkait
Terpopuler