Sabtu, 04/05/2024 18:15 WIB WIB

Becoming Michelle (Obama), Perempuan Paling Dikagumi di AS

 Becoming Michelle (Obama), Perempuan Paling Dikagumi di AS Sejak jadi Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama jadi panutan banyak wanita. Di tengah kesibukannya sebagai ibu negara, Michelle tetap menempatkan anaknya sebagai prioritas perhatian. Foto istimewa


"Satu-satunya cara untuk membuat saya bekerja paling keras adalah dengan meragukan saya".

SUASANA penuh haru menyelimuti salah satu ruangan di Gedung Putih, Washington, DC, pada Sabtu, 7 Januari 2017 itu. Di hadapan perwakilan para pendidik dari seluruh negara bagian Amerika Serikat (AS), seorang perempuan berdiri terpaku membisu di podium. Suaranya kemudian bergetar menahan rasa haru dan isak tangis.

"Saya menyampaikan apresiasi kepada yang bekerja dari hati setiap hari untuk mendidik generasi muda kita. Sangat tepat jika saya mengakhiri peran sebagai ibu negara dengan mengucapkan terima kasih kepada Anda semua". Lalu dia melanjutkan, “Menjadi ibu negara adalah kehormatan tertinggi bagi saya. Semoga saya dapat menjadi kebanggaan Anda.”

Ya, Michelle Obama memberikan pidato terakhir sebagai Ibu Negara Amerika Serikat dalam suasana rasa haru. Para perwakilan pendidik yang ada di ruangan itu pun terharu dan meneteskan air mata saat melihat ibu negara menangis. Baca juga: Berduka, Obama dan Keluarga Ditinggal Anjing Kesayangan

Momen penuh emosional itu tentu tidak karena soal perpisahan. Michelle -sosok yang sangat mencintai harmoni sosial dan menjunjung tinggi persatuan dalam perbedaan itu- tampaknya sedang dibayangi kekhawatiran menyusul perpecahan yang terjadi di Amerika Serikat usai pemilihan presiden kala itu.

Bagaimana tidak, di ujung pemerintahan suaminya Barack Obama, warga AS terpolarisasi ketika Donald Trump mengembuskan sentimen SARA. Michelle membayangkan AS sebagai rumah bersama yang kian kokoh di tangan Obama yang notabene presiden pertama dari kalangan non kulit putih dan didukung banyak kalangan, akan diacak-acak dan rusak karena perpecahan.

"Kalian akan menghadapi masa sulit. Tetapi saat kalian berpikir untuk menyerah, ingatlah tentang kekuatan yang membawa saya dan suami ke Gedung Putih hampir satu dekade silam, yaitu kekuatan harapan." Begitu ia memberikan peneguhan. Baca juga: Facebook Hapus Konten dengan Suara Donald Trump

Michelle merupakan sosok perempuan idealis serentak praksis. Ia merajut pengalaman-pengalaman empiris ke dalam permenungan mendalam tentang bagaimana semestinya kehidupan itu dijalani dalam kebersamaan tanpa menghilangkan identitas diri yang menjadi keunikan ciptaan.

Baginya, keunikan ciptaan dalam keberagaman itu mengandung harapan dan adalah kekuatan. AS adalah unik, karena di sinilah berkumpulnya manusia dari beragam suku, agama, ras dengan talenta yang hebat dari setiap individunya. Karena itu pula Amerika mengusung semboyan E Pluribus Unum.

"Keberagaman adalah kekuatan kita. Meskipun ada pelajaran pahit di sejarah negeri ini, dan kebenaran yang kalian terima di City Collage. Ada orang di luar sana yang punya pandangan berbeda," kata Michelle saat berpidato di depan 16.000 mahasiswa dan tamu di City Collage of New York pada 10 Juni 2017.

"Mereka pikir, keberagaman itu ancaman yang harus dicegah dan dimusnahkan dibanding memikirkan bahwa keberagaman itu justru sumber daya. Kita tidak membangun tembok untuk mengusir orang. Itu bukan maksud dan tujuan mengapa negara ini didirikan," sindir Nyonya Obama ditujukan ke Trump yang kala itu gencar membendung imigran.

Menjadi hebat karena diragukan

Lahir di Chicago, Illinois pada 17 Januari 1964 dari kalangan kelas menengah, tidak berarti perempuan bernama lengkap Michelle LaVaughn Robinson tidak melewati masa sulit. Buah hati pasangan Marian dan Fraser Robinson ini dibesarkan di sebuah bungalow kecil di South Side, Chicago.

Ayahnya bekerja sebagai operator pompa di kota itu. Ibunya berprofesi sebagai seorang sekretaris di Spiegel. Michelle juga memiliki saudara laki-laki bernama Craig. Hubungan Michelle dengan keluarganya sangat akrab dan dekat. Kondisi rumah mereka yang kecil membuat Michelle dan Craig harus tidur di ruang tamu dengan selimut sebagai penyekatnya.

Dalam kondisi yang terbatas ini mereka ditempa. Keduanya dibesarkan dengan pendidikan yang kuat. Michelle bahkan sudah mulai belajar membaca sejak usia empat tahun. Hasil tempaan, Michelle dan Craig mendapat akselerasi di sekolahnya.

Saat bersekolah di SMA Whitney M Young Magnet, Michelle pernah menjadi bendahara OSIS dan anggota National Honor Society.
Berkat tekad dan disiplin, pada tahun 1981, ia menjadi lulusan terbaik di sekolahnya dan melanjutkan pendidikan di Princeton University mengikuti Craig.

Namun, pada fase ini kemampuannya masih diragukan. Saat SMA Whitney M Young Magnet, konselornya berkata bahwa dirinya bukanlah siswi yang tepat untuk University of Princeton. Atau dengan kata lain, Michelle tidak akan bisa masuk Universitas begengsi.

Michelle, tidak menghiraukan hal tersebut. Ia lebih percaya pada kemampuan yang dimilikinya, ketimbang komentar miring sang konselor. Komentar yang meragukan dirinya itu tidak menciut tekad kuatnya untuk menjadi pribadi yang disukainya dan disukai banyak banyak orang kini.

Keraguan tentang dirinya bahkan menjadi pelecut semangat untuk berjuang lebih keras. "Satu-satunya cara untuk membuat saya bekerja paling keras adalah dengan meragukan saya". Seperti itu ia melukiskan pengalaman diremehkan dan menjadi untaian kalimat motivatif untuk dirinya, bahkan orang lain.

Kalimat itu pun menjadi nyata. Ketika suatu hari, setelah mengirimkan essay kepada University of Princeton, ia dinyatakan diterima dan resmi menjadi mahasiswa universitas tersebut.

Di Princeton University, Michelle mengambil jurusan Sosiologi untuk mengeksplorasi hubungan antara alumni kulit hitam dan komunitas di dalam skripsi penelitiannya.

Pada tahun 1985, Michelle lulus cum laude dan melanjutkan pendidikan Masternya di Harvard Law School dan meraih program Juris Doctor (JD) pada tahun 1988.

Setelah lulus, Michelle memulai kariernya sebagai pengacara di Biro Bantuan Hukum Harvard untuk membantu klien berpenghasilan rendah. Setelah itu Michelle bekerja di firma hukum Chicago, Sidley Austin, di bidang pemasaran dan kekayaan intelektual.

Saat bekerja di firma hukum inilah dia bertemu dengan pujaan hati Barack Obama pada tahun 1989. Keduanya kemudian berpacaran selama dua tahun hingga akhirnya menikah di Trinity United Church of Christ pada 3 Oktober 1992.

Meski harus menjalani peran sebagai seorang istri dan ibu, Michelle Obama tetap melanjutkan kariernya di bidang hukum.
Dari 1992-1993, Michelle menjadi asisten komisioner untuk Departemen Perencanana dan Pengembangan Chicago.

Kemudian, dia mendirikan Public Allies cabang Chicago, sebuah program pelatihan kepemimpinan bagi kaum muda. Dia menjabat sebagai direktur eksekutif cabang sampai 1996. Dia bergabung dengan University of Chicago sebagai dekan layanan mahasiswa.

Mulai 2002, dia bekerja sebagai direktur eksekutif hubungan masyarakat dan urusan eksternal RS University of Chicago. Pada 2005, dia diangkat menjadi wakil presiden bidang tersebut.

Michelle Obama pertama kali menarik perhatian audiensi nasional ketika berada di sisi Obama ketika menyampaikan pidato penting di Konvensi Nasional Demokrat pada 2004.

Obama terpilih sebagai Senator AS dari Illinois pada November tahun itu. Pada 2007, Michelle mengurangi pekerjaannya untuk memenuhi kewajiban keluarga dan kampanye selama Obama mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Demokrat.

Barack Obama akhirnya memenangkan pemilu dan terpilih sebagai Presiden ke-44 AS dan dilantik pada 20 Januari 2009.
Pada 2010, dia meluncurkan program "Let`s Move", yang berfokus tentang obesitas anak dan menyediakan makanan sehat di sekolah.

Anak-anak juga didorong untuk aktif secara fisik. Pada 2011, Michelle mendirikan Joining Forces, program untuk meningkatkan kesadaran tentang kesulitan yang dialami keluarga militer.

Turut mendampingi Obama memenangkan untuk masa jabatan kedua, dia membentuk Reach Higher guna menginspirasi kaum muda untuk mengeksplorasi peluang pendidikan tinggi dan pengembangan karier.

Sebagai perempuan paling dikagumi dalam pemilu AS 2016, Michelle mendukung penuh kandidat Partai Demokrat Hillary Clinton. Pidatonya dalam konvesi nasional partai mendapat pujian luas.

Menurut Michelle, "Tidak ada keajaiban untuk pencapaian. Ini benar-benar tentang kerja keras, pilihan, dan ketekunan. Apakah Anda berasal dari keluarga dewan atau desa, kesuksesan Anda akan ditentukan oleh kepercayaan diri dan ketabahan Anda sendiri."

Jadi intinya, lanjut Michelle membagi tips sukses, jangan takut hadapi tantangan. "Fokus. Anda seharusnya tidak melihat tantangan Anda sebagai kerugian. Sebaliknya, penting bagi Anda untuk memahami bahwa pengalaman Anda menghadapi dan mengatasi kesulitan sebenarnya adalah salah satu keuntungan terbesar Anda".

Hal penting lain, jangan biarkan diri Anda dikuasi energi negatif. "Jauhlah dari persahabatan yang membuat Anda merasa kecil dan tidak aman, dan carilah orang yang menginspirasi dan mendukung Anda. Jangan membawa orang yang memberatkanmu dalam hidupmu. Percayalah pada insting Anda, hubungan yang baik terasa menyenangkan, mereka merasa benar, mereka tidak menyakiti," pesan Michelle.

Dalam buku biografi berjudul Becoming (Menjadi), Michelle Obama menceritakan kisahnya dimulai dari masa kecilnya, hingga menjadi African-American First Lady pertama Amerika Serikat.

Kisah yang dijahit dalam bahasa renyah memperlihatkan sikap dan pandangannya tentang hidup dan kehidupan; pandangan tentang sukses dan gagal, tentang relasi dengan manusia dan alam, tentang keberagaman, pandangan tentang perempuan, keluarga, pendidikan dan generasi muda.

Semasa menjadi First Lady, Michele tak hentinya memompa semangat generasi muda, khususnya perempuan untuk berprestasi. Tampilannya yang selalu fesyen, trendester dan memikat, mau menunjukkan betapa perempuan itu tiada batasnya dalam meraih apa yang diinginkan.

"Tidak ada batasan untuk apa yang dapat kita capai. Satu-satunya batasan ketinggian pencapaian Anda adalah pencapaian impian Anda dan kesediaan Anda untuk bekerja keras untuk itu. Tidak ada negara yang bisa benar-benar berkembang jika melumpuhkan potensi wanitanya dan menghilangkan kontribusi dari setengah warganya,” tegasnya.

Michelle mengajak generasi muda dan perempuan khususnya untuk berani melangkah, keluar dari zona nyaman. Meyakini apa yang menjadi pilihan merupakan cara menuju kesuksesan.

"Sukses hanya berarti dan menyenangkan jika itu terasa seperti milik Anda sendiri. Sukses bukanlah tentang berapa banyak uang yang Anda hasilkan, ini tentang perbedaan yang Anda buat dalam kehidupan orang lain".

Jangan takut gagal. "Sebab Kegagalan adalah bagian penting dari pertumbuhan dan pengembangan ketahanan Anda. Seberapa keras Anda bekerja lebih penting daripada berapa banyak yang Anda hasilkan. Kegagalan adalah bagian penting dari kesuksesan. Setiap kali Anda gagal dan bangkit kembali. Anda mempraktikkan ketekunan, yang merupakan kunci kehidupan. Kekuatan Anda datang dari kemampuan Anda untuk pulih".

"Saya telah belajar bahwa selama saya berpegang teguh pada keyakinan dan nilai-nilai saya-dan mengikuti pedoman moral saya sendiri-maka satu-satunya harapan yang perlu saya penuhi adalah harapan saya sendiri."

Menjadi Wanita Paling Dikagumi

Michelle adalah mentor Obama saat suaminya itu magang di tempat kerjanya. Rupanya rentetan nasihat bijak itu pernah juga disampaikan kepada Obama. Jadi, Michelle berada di balik kesuksesan Obama hingga cemerlang menjabat Presiden AS dua periode.

Meski Obama redup pasca menjabat presiden, Minchelle tetap `menjadi` Michelle yang bersinar. Survei tahunan yang dilakukan Gallup pada 2018, Michelle dinobatkan sebagai wanita yang paling dikagumi di AS, dengan skor 15 persen. Michelle raih predikat ini setelah 17 tahun dipertahankan Hillary Clinton, yang pernah menjabat Menteri Luar Negeri dan Ibu Negara.

Dalam survei itu, Hillary Clinton sendiri berada di urutan tiga dengan perolehan suara 4 persen dan presenter Oprah Winfrey menduduki peringkat dua, 5 persen. Sedangkan Ratu Elizabeth II menempati posisi ke-10, dengan raihan 2 persen suara.

Sejak jadi Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama memang jadi panutan banyak wanita. Di tengah kesibukannya sebagai ibu negara, Michelle tetap menempatkan anaknya sebagai prioritas perhatian.

"Saat suami saya menjabat sebagai presiden, memang dialah pemimpin negara dan saya first lady. Tapi, pekerjaan pertama kami adalah tetap memastikan bahwa anak-anak kami tetap berada di jalurnya. Itu adalah warisan paling penting yang akan kami tinggalkan," kata Michelle.(*)

Topik : Michelle , Obama , Amerika Serikat , perempuan paling dikagumi

Artikel Terkait
Terpopuler