Sabtu, 04/05/2024 17:11 WIB WIB

Kaisar Jepang, Hirohito: Masa Depan Bangsa Kita Ada di Pundak para Guru

 Kaisar Jepang, Hirohito: Masa Depan Bangsa Kita Ada di Pundak para Guru Revolusi di bidang ilmu pengetahuan yang membuahkan kemajuan membuat Kaisar Hirohito dikenang. Ia telah meletakan dasar yang kokoh bagi peradaban Jepang, yaitu pendidikan yang ditopang para guru yang profesional, integritas dan personalitas. Foto Wikipedia


JAKARTA, Lider.id-Postur tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tambun. Juga tidak pendek dan kerempeng. Posturnya pas-pasan. Tapi soal visi ke depan, jangkauannya spektakuler. Dia namanya Hirohito, Kaisar Jepang. Siapa yang tidak kenal kaisar ini? Semua yang pernah sekolah dan belajar sejarah pasti kenal namanya. Sebab, namanya ada di pusaran gelombang perang besar, Perang Dunia Kedua.

Dia yang membuat negara digdaya Amerika Serikat (AS) pusing tujuh keliling, saat pagi-pagi buta pada 7 Desember 1941 pasukan udaranya meluluhlantakkan Pearl Harbour, pangkalan militer Laut AS. Baca juga: 65 Tahun Jalin Hubungan Diplomatik, Indonesia Diakui Sangat Penting bagi Jepang

Serangan kilat Jepang kala itu seperti mengunci kaki serdadu AS untuk melangkah lebih jauh ke wilayah yang dikuasai Jepang. Sebaliknya, Jepang pulang dengan kepala tegak sambil mengentakkan kaki mengumandangkan slogan 3A (Jepang pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, Jepang Terang Asia).

Ya, ternyata seperti terang yang kemudian diganti gelap. Sosok berpostur pas-pasan itu sejenak tunduk saat dia mendengar Hiroshima luluh lantak diacak Little Boy alias bom atom pada 6 Agustus dan Nagasaki diratakan pada 9 Agustus 1945.

Tak larut dalam suka dan cemas, Hirohito mengumpulkan para jenderal. Ia pun bertanya, “Berapa jumlah guru yang tersisa?” Pertanyaan itulah respon pertama yang keluar dari mulut Hirohito setelah mendengar berita hancurnya Hiroshima dan Nagasaki. Konon, pertanyaan ini membuat loyalisnya bingung. Bukankah yang seharusnya yang ditanya pertama berapa jumlah prajurit dan jenderal yang tewas?

Hirohito adalah tipe pemimpin bervisi jauh ke depan. Dua kota berpenduduk padat itu hancur lebur bersama puluhan ribu bahkan ratusan ribu penduduk, termasuk para guru. Ia membayangkan dan mengakui hal terburuk sudah ada di depan. Dia juga mengetahui apa penyebab kehancuran bangsanya pasca kehancuran dua kota penting itu.

Kembali ke pertanyaan berapa banyak guru yang tersisa, para jenderal pun menjawab sekenanya saja. Para Jenderal menyampaikan kepada Kaisar Hirohito, bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar, walau tanpa kehadiran para guru. Baca juga: History : Konflik Jepang dan China dan Yuan Shikai Menerima Takhta Presiden Pertama Republik China

Menanggapi perkataan ini, Kaisar Hirohito mengatakan bahwa Jepang telah jatuh. Kejatuhan ini dikarenakan mereka tidak belajar. Jenderal dan tentara Jepang boleh jadi kuat dalam senjata dan strategi perang, tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai bom yang telah dijatuhkan AS.

Kaisar Hirohito kemudian menyamoaikan bahwa Jepang tidak akan bisa mengejar AS jika tidak belajar. Karenanya, ia kemudian mengimbau pada para Jendera untuk mengumpulkan seluruh guru yang tersisa di seluruh pelosok Jepang. Sebab, pada pundak para gurulah, seluruh rakyat Jepang kini harus bertumpu, bukan pada kekuatan pasukan.

Langkah selanjutnya, Kaisar Hirohito bergerak untuk mengumpulkan sekitar 45.000 guru yang tersisa pada saat itu dan memberi mereka arahan. Kehadiran guru pada saat itu manjadi hal krusial bagi seluruh lapisan masyarakat Jepang.

Pertanyaan berapa jumlah guru yang tersisa yang terlontari dari mulut Kaisar ke-142 yang dikenal dengan nama anumerta Kaisar Showa itu menjadi awal dari sebuah perubahan besar. Jepang, selepas perang Dunia Kedua, fokus mengembangkan ilmu pengetahuan.

Upaya ini dilakukan dengan melibatkan dan memperluas jangkauan jenjang pendidikan serta memperbaiki sistem pendidikan. Negara ini juga mulai meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, dengan menciptakan lebih banyak universitas dan membuat program pengembangan karir untuk lulusan perguruan tinggi.

Lebih dari itu, untuk memajukan pendidikan, pemerintah Jepang memberikan perhatian istimewa kepada para guru dengan mematok gaji tinggi. Jepang merupakan negara urutan kedua usai Uni Emirat Arab yang memberikan gaji tinggi kepada guru. Baca juga: Terjadi Lagi, Ledakkan Bom di Upacara Peringatan Perang Dunia 1

Guru di Jepang menerima gaji bulanan di kisaran USD2.200-USD5.000 atau sekitar Rp30 juta sampai Rp71 juta. Besaran gaji tersebut bergantung pada pengalaman dan sertifikasi yang dimiliki guru.

Menerima gaji tinggi juga diimbangi standar kualitas guru yang tinggi. Tidak heran jika hasilnya adalah manusia yang memiliki profesionalitas, personalitas dan integritas tinggi. Jepang dengan cepat menjadi negara maju, sejajar dengan negara maju lainnya.

Revolusi di bidang ilmu pengetahuan yang membuahkan kemajuan membuat kaisar yang terlibat dalam berbagai perang itu dikenang. Hirohito lahir di Puri Aoyama, Tokyo, 29 April 1901. Ia berkuasa sejak tahun 1926 hingga 1989.

Ia telah meletakan dasar yang kokoh bagi peradaban Jepang, yaitu pendidikan yang ditopang para guru yang profesional, integritas dan personalitas.

 

Topik : perang dunia dua , pasukan sekutu , Jepang , Amerika Serikat , bom atom , inspirator , guru

Artikel Terkait
Terpopuler