World Hero
Langkah Kuda Zelenskyy: Trump Berang, Eropa Bergetar dan Putin Panik

Pilihan Redaksi
|
Langkah awal Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertemu Presdien baru AS Donald Trump di Ruang Oval Gedung Putih Washington DC pada 2 Maret 2025 merupakan langkah penuh makna boleh dibilang sangat taktis dan strategik. Kehadirannya di Gedung putih dengan mengenang busana yang tidak biasa megenakan kaos perjuangan berwarna hijau lumut berlogo bendera Ukraina di dada kirinya sebagai tanda kunjungan yang tidak biasa. Beberapa poin yang menjadi kritikal poin adalah, soal kostum yang dikenakan Zelenskyy, tuduhan wapres JD Vence bahwa Zelenskyy tidak ingin mengambil jalur diplomasi bahkan menuduh Zelenskyy mengorbankan warganya karena tidak ada kekuatan lagi. Bahkan Presiden Trump menunduh Zelenskyy mendikte Amerika dan sedang menabuh perang dunia ketiga. Respons Zellenskyy sangat taktis ia menunjukkan sikap pemimpin rakyatnya yang sedang berjuang dan berdu kepada Vence bertanya bahwa soal diplomasi sudah ditempuh, bahkan sudah 20 perjanjian yang tidak di taati Rusia lantas diplomasi macam apa yang anda kehendaki? tanya Zelenskyy. Keadaan semakin memanas bahkan Trump sesumbar telah membantu 350 milar dolar kepada Ukraina tapi tidak ada terima kasih, bantuan Eropah kata Trump sedikit sekali.
Kasat mata Presiden Ukraina itu di koroyok Trump dan Vence, seolah-olah Zelenskyy tidak punya rasa terima kasih pada AS. Tapi namanya politik, kita tidak tau apa yang terjadidi depan kamera, dan dibelakang kamera belum tentu sama. Apakah ini sebuah desaign diplomasi baru ala Trump, atau ide briliant Zelenskyy atau bisa juga terjadi apa adanya. Yang jelas, pertemuan oval office berakhir tanpa kompres dan ttd kesepakatan pengelolaan mineral dan diplomasi damai oleh Zelenskyy dan Trump batal. Ada semacam permintaan Zelenskyy terhadap jaminan keamanan billa ia ttd kesepakatan, "apa jaminan keamanan bagi Ukraina yang tidak di jawab oleh Presiden Donald Trump". Zelenskyy kemudian melangkah keluar gedung putih dengan wajah agak tegang tapi sedikit memberikan senyum kepada wartawan. Banyak komentar pro dan kontra menyeruak di raung sosial media maupun media utama dunia. Ada yang menarasikan Zelensky di usir dari gedung putih tapi banyak juga yang mengecam Trump dan Vence tapi ada juga yang mengapresiasi kritik Trump dan wapres JD Vence kepada kolodymyr Zelenskyy. Yang pasti, setelah pertemuan itu, besok harinya tanggal 03/03/2025 di gedung Kongres AS, Presiden Donald Trump dalam sambutan selam 90 menti di depan kongres partai demokrat dan republik dan di siarkan langsung semua jaringan CNN TV, Trump menyampaikan kalau ia sudah menerima surat dari Volodimyr Zelenskyy yang beersedia kembali melanjutkan perundingan damai dengan Rusia melalui mediator Amerika Serikat.
Para ahli dari berbagi wawasan tentang perdebatan luar biasa di Ruang Oval antara Presiden AS Donald Trump, Wakil Presiden JD Vance dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tanggal 28 Februari, yang disiarkan langsung di depan media dunia menunjukkan Presiden Zelenskyy meninggalkan Gedung Putih dengan tidak ada kesepakatan apapun. Dalam pertemuan tersebut, pemimpin AS dan wakilnya menuduh presiden Ukraina tidak cukup berterima kasih atas dukungan Amerika sejauh ini, dan memperingatkannya: "Anda akan membuat kesepakatan atau kami akan keluar, dan jika kami keluar, Anda akan bertengkar. Saya pikir itu tidak akan bagus."
Profesor Sam Greene, Profesor Politik Rusia di King`s Russia Institute, dikutip di The Guardian AS tentang apa yang terjadi di Gedung Putih. Itu adalah kecelakaan kereta api yang memang disengaja. Percakapan yang tenang sejak Munich adalah mengenai kejatuhan Ukraina.
Dr Ruth Deyermond, Dosen Senior Keamanan Pasca-Soviet di King`s Russia Institute, melalui BlueSky berbagi pemikirannya tentang apa yang disebutnya sebagai "penindasan di Ruang Oval" dan upaya gagal untuk mendorong Zelensky ke dalam perjanjian damai "di mana hanya Ukraina yang memberi dan Rusia mengambil".
Dia mengatakan perilaku pemerintahan Trump menunjukkan bahwa mereka mungkin membuat asumsi yang sama mengenai Ukraina seperti yang dilakukan Rusia ketika melancarkan invasi.
Profesor Sir Lawrence Freedman, Profesor Emeritus Studi Perang, muncul di Sky News, LBC, Times Radio dan di BBC News Channel membahas bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Ia mengatakan bahwa dalam situasi seperti ini, menurutnya Zelenskyy tidak punya banyak pilihan selain mencoba mengoreksi pernyataan yang dianggapnya tidak benar. Saya rasa Ukraina berpandangan bahwa penting bagi Amerika untuk mengetahui bahwa Ukraina adalah negara yang siap memperjuangkan martabat dan kedaulatannya.
Yang menarik untuk di analisis soal masalah geopolitik di Eropa ini adalah, setelah pertemuan panas antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih, Presiden Trump juga mengadakan peremuan ditempat yang sama dan disiarkan secara langsung berturut tuurut dengan Presiden Prancis Imanuele Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. Peregeseran sikap Trump terhadap Ukraina dan pemimpin Eropa bisa dibilang strategi diplomasi geopolitik baru menghadapi ancaman Presiden Rusia yang sedang menggalang kerjasama mirik pakta pertahanan dengan Korea Utara, China dan Iran. Apakah ini jalan baru diplomasi ala Trump atau langkah jitu Zelenskyy. Tapi yang pasti, pasca pertemuan panas di oval office AS, Presiden Volodimyr Zelenskyy mendapat dukungan kongkrit luar biasa terutaama dari Eropa.
Eropa dan New Deal Plan
Tampaknya langkah strategis dan taktis kuda Zelenskyy jitu bahkan mebuahkan hasil yang sangat besar. Rusia yang sejak awal invansi selalu mengancam menggunakan bom nuklir yang sangat mematikan bagi Eropa dan Amerika Serikat haus berhitung matang karena langkah Zelenskyy telah menambah semangat Eropa termasuk Uni Eropa, dan banyak negaral di luar eropa, bahkan di kabarkan sedikitnya 37 negara sudah sepakat membantu dana, persenjataan militer dan pasukan untuk membela Ukraina. Bahkan putin juga harus berhitung, karena"konflik" di gedung putih bukan berarti Amerika tidak mendukung Ukraina lagi, sehingga Putin dengan mudah terus mencaplok wilayah Ukraiana. Diplomasi geopolitik era digital tampak jelas di kamera, tapi sulit di percaya apa terlihat di depan kamera dan dibelakang kamera sulit di tebak. Yang pasti, Amerika pasti tetap sebagai negara kampion demokrasi, adi daya dan polisi dunia. Tidak mungkin tunduk dengan ancaman Putin yang dibayang-bayangi China, Korea Utara dan Iran penantang berat Amerika.
Putin mewanti wanti AS dan Eropa tidak memasukkan Ukraina menjadi anggota NATO - North Atlantic Treaty Organization, Amerika oleh Menlu AS Marco Rubio mengingatkan tidak mendukung Ukraina jin NATO, sedangkan Zelenskyy ngotot ingin gabung NATO. Setelah pertemuan "panas" yang disiarkan langsung media dunia dari gedung putih itu, secara terang terangan para pemimpin Eropa menyebut angka dan bantuan persenjataan militer dan jumlah tentara yang dikirim ke Ukraina yang tidak terjadi sebelumnya. Presiden Uni Eropa menyebutnya sebagai bantuan kongkrit NEW DEAL kepada Ukraina. Dari Amerika Serikat juga di laporkan, bahkan secara terbuka Presiden Donald Trump dalam pidato 90 menit 3 Maret 2025 di depan senat AS juga ia menyampaikan surat dari Presiden Zelenskyy yang bersedia kembali ke meja perundingan damai dengan Rusia yang di tengahi AS.
Trump mengatakan sudah waktunya untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini, walau Trump tidak merinci bagaimana rencananya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung sejak 24 Februari 2022 itu. Bahkan Trump dalam pidatonya menyebut bahwa dia juga telah mendengar dari menerima sinyal kuat bahwa Rusia siap untuk perdamaian.
Dalam postingan pada tanggal 2 Maret 2025 setelah balik dari Gedung putih melalui akun X-nya, Zelenskyy secara singkat menjelaskan proposal perdamaiannya. Dia menulis bahwa “tahap pertama bisa berupa pembebasan tahanan dan gencatan senjata di udara – larangan terhadap rudal, drone jarak jauh, bom energi dan infrastruktur sipil lainnya – dan segera gencatan senjata di laut, jika Rusia mau melakukan hal yang sama.” Dia menambahkan bahwa Ukraina “ingin bergerak cepat melalui semua tahap selanjutnya dan bekerja sama dengan AS untuk menyetujui kesepakatan akhir yang kuat.”
Pertanyaannya, apakah Ukraina akan menuntut Rusia mengembalikan wilayah yang sudah dikuasai dan apakah Rusia akan bersedia mengembalikan wilayah yang sudah di kuasai seperti oblast Donetsk, Kharkiv, Kherson, Luhansk, Mykolaiv, dan Zaporizhzhia, serta seluruh wilayah Republik Otonom Krimea dan kota dengan status khusus Sevastopol. Tentu rencana aksi menyudahi perang Rusia vs Ukraina sangat di apreasiasi oleh Eropa dan AS, tapi bagaimanapun antisipasinya bila gagal jalan diplomasi, tentu perang yang lebih hebat juga harus di siapkan. Nampaknya, Zelenskyy sudah berhasil menarik AS dan seluruh negara Eropa dan dunia untuk menghukum Presiden Rusia Vladimir Putin atas nama demokrasi dan integritas Eropa pasca perang dingin.
Pakta pertahanan militer Barat NATO adalah yang masih exist pasca bubarnya Pakta Militer Blok Timur Pakta Warsawa sejalan dengan bubarnya Uni Soviet. IIni berarti, NATO adalah bukti kemenangan demokrasi terhadap komunisme dan sosialisme.
Banyak kajian menulis serangan Rusia ke Ukraina mungkin menjadi yang terbesar di Eropa, bahkan dunia, setelah Perang Dunia II. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) secara umum mengecam krisis kemanusiaan parah yang terjadi. Rusia mendapat banyak sanksi dari Amerika Serikat, Barat, hingga G7 akibat dari jutaan warga Ukraina yang mengungsi serta kerusakan infrastruktur. Konflik ini bahkan turut menyumbang ketidakpastian global.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa sejumlah negara di Eropa telah tertarik untuk berkoalisi membantu Ukraina, yang telah berperang dengan Rusia selama tiga tahun. Dilansir dari AP, Senin (3/3), Starmer mengatakan usai memimpin pertemuan di London bersama 18 pemimpin negara eropa. Kepada 18 pemimpin negara Eropa, Starmer menyerukan dibentuknya “koalisi negara yang bersedia” untuk mendukung Kyiv.
Starmer menuturkan, Inggris, Prancis, dan Ukraina akan menyusun rencana perdamaian yang akan disampaikan ke Amerika Serikat (AS). Aamerika juga menyiapkan perundingan damai yang akan dilaksanakan di Jedah, Arab Saudi. Sebab, menurutnya rencana itu membutuhkan dukungan kuat dari AS. Adapun, rencana perdamaian itu menekankan beberapa hal yakni menjaga agar bantuan tetap mengalir ke Ukraina dan mempertahankan tekanan ekonomi terhadap Rusia untuk memperkuat posisi Ukraina; memastikan Ukraina berada di meja perundingan dan setiap kesepakatan damai harus memastikan kedaulatan dan keamanannya; dan terus mempersenjatai Ukraina untuk mencegah invasi di masa mendatang. fn
-
Jum'at, 07/03/2025 16:33 WIB
Langkah Kuda Zelenskyy: Trump Berang, Eropa Bergetar dan Putin Panik